Image
0

Supernova Gelombang : Antara Mimpi-mimpi Alfa dan Mimpi-mimpiku

Gelombang

Adalah Alfa Sagala, seorang bocah kampung dengan kehidupan sederhana. Ia tinggal di sebuah kampung kecil bernama Sianjur Mula Mula bersama bapak, ibu, dan kedua kakaknya. Segala sesuatu di dalam hidupnya berjalan biasa saja, sampai pada suatu hari sebuah upacara adat batak, yaitu upacara gondang benar-benar mengubah hidupnya. Mahluk misterius yang disebut Si Jaga Portibi tiba-tiba muncul menghantuinya. Orang-orang sakti di kampungnya berebut menjadikannya murid. Dan yang paling menakutkan dari itu semua adalah mimpi buruk yang terus muncul di setiap tidurnya. Tidur baginya berarti meregang nyawa.

Belasan tahun Alfa menjalani hidup yang tergolong aneh karena berbeda dengan manusia kebanyakan. Ia tidak pernah menjalani rutinitas tidur malam seperti manusia kebanyakan, ia memilih terjaga, membaca banyak buku adalah pilihannya. Semua ia lakukan agar terhindar dari mimpi buruk yang terus mengganggu tidurnya. Kesempatan-kesempatan dalam hidupnya membawanya sampai ke benua Amerika. Di sebuah kota kecil bernama Hoboken ia berjuang sebagai imigran gelap untuk mendapatkan status legal.

Pada suatu malam seseorang datang, dan tanpa diduga kehadirannya mengharuskan Alfa menghadapi ketakutan terbesarnya, masuk ke alam mimpi, menghadapi mimpi buruk yang selama bertahun-tahun ia hindari. Akankah Alfa mendapatkan status legalnya? Lalu bagaimana cara ia memperoleh jawaban atas mimpi-mimpi anehnya tersebut??? Supernova : Gelombang is the answer,hehehe.

Membaca gelombang, menyaksikan kebingungan-kebingungan Alfa Sagala tentang mimpi-mimpinya yang terus berulang sama. Mimpi yang selama bertahun-tahun terus muncul dalam tidurnya sama seperti menyaksikan diri saya sendiri. Masih sangat jelas dalam ingatan saya tentang mimpi-mimpi yang sama, yang terus muncul di setiap tidur. Dari beberapa tahun lalu sampai saat ini, mimpi itu masih sering muncul. Walaupun mimpi-mimpi saya tidak seseram Alfa sagala, namun cukup membuat saya penasaran. Hal yang membuat saya heran adalah kenapa pola mimpi itu selalu sama.

Dalam mimpi itu seorang laki-laki dengan wajah yang berbeda-beda terus mengikuti kemanapun saya pergi. Namun saya merasakan bahwa dibalik wajah yang berubah-ubah tersebut terdapat jiwa yang sama, jadi jiwa itu seperti meminjam tubuh banyak orang. Yang membuat saya merasa aneh lagi adalah perasaan nyaman ketika ia ada dan terus mengikuti kemanapun saya pergi. Seperti malaikat penjaga. Tapi entahlah.

Semakin saya penasaran dengan mimpi-mimpi itu, semakin saya ingin menemukan jawaban atas semuanya, maka saya semakin dibuatnya frustasi. Ngerasa pusing dan bingung ga jelas and have no clue. Untuk menghindari rasa penasaran tersebut, selama beberapa bulan terakhir ini saya memilih tidak peduli, memilih mengabaikan mimpi tersebut tiap kali muncul dalam tidur saya. Menganggap mimpi-mimpi itu sebagai mimpi yang biasa saja sepertinya adalah pilihan yang terbaik saat ini dan mungkin nanti.

Image
0

Tarian Bumi, Kisah Tentang Bali Yang Sebenarnya

Kelak kalau kau jatuh cinta dengan seorang laki-laki, kau harus mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang harus kau simpan…. Apa untungnya laki-laki itu untukmu…. Jangan pernah menikah hanya karena kebutuhan atau dipaksa oleh sebuah sistem. Menikahlah kau dengan laki-laki yang mampu memberimu ketenangan, cinta, dan kasih….” (Rusmini, 2004: 21)

Luh Sekar adalah seorang perempuan Bali, ia terlahir sebagai perempuan dari kasta sudra yang sangat berkeinginan untuk mengangkat derajatnya menjadi seorang perempuan terhormat berkasta Brahmana. Segala cara ia tempuh untuk mewujudkan keinginannya itu. Maka menikahlah ia dengan Ida Bagus Ngurah Pidada, seorang lelaki brahmana, yang tidak bisa apa-apa, kecuali mabuk-mabukan dan juga bercinta sembarangan dengan berbagai macam perempuan termasuk dengan Kerta dan Kerti, dua adik perempuan Luh Sekar. Setelah menikah dengan lelaki kasta Brahmana, nama Luh Sekar pun berubah menjadi Jero Kenanga. Jero merupakan gelar yang diberikan kepada perempuan kasta rendah yang menikah dengan lelaki dengan kasta Brahmana.

Dari pernikahannya ini, lahirlah Ida Ayu Telaga Pidada. Berbeda dengan ibunya yang begitu mengagungkan nilai derajat kebangsawanan, maka Telaga Pidada justru memandang bahwa kasta Brahmana penuh dengan kemunafikan. Telaga Pidada pun lebih tertarik dengan Wayan Sasmitha, seorang lelaki dari kasta rendah. Segala kemewahan, kemudahan yang didapat selama tinggal di griya dan juga gelar kebangsawanan ditanggalkan oleh Telaga Pidada demi Wayan Sasmitha. Telaga Pidada tinggal bersama Wayan, Luh Gumbreg dan Luh Sadri, adik dari Wayan dengan kehidupan khas keluarga sudra yang serba kesusahan, tetapi Telaga Pidada bahagia dengan pilihannya tersebut.

Masyarakat Bali, yang mayoritas menganut agama Hindu, mengenal dan menggunakan sistem kasta dalam kehidupan bermasyarakat mereka. Kasta yang paling tinggi dan mendapat perlakuan yang istimewa adalah kaum brahmana atau bangsawan, sedangkan kasta yang terendah, atau masyarakat paling bawah adalah kaum sudra. Sistem kasta ini secara otomatis menjadikan laki-laki sebagai puncak atau titik tolak segala sesuatu, termasuk kekuasaan sehingga menimbulkan sebuah sistem yang disebut dengan sistem patriarki.

Membaca Tarian Bumi adalah membaca kisah Bali yang sebenarnya.

2013-06-06 11.51.26