Image
0

Tentang Rinduku Pada Abhi

Hai Byru,
Kali ini aku ga mau nanyain kabarmu. Aku tahu mungkin kamu sudah baik-baik disana. Mungkin sekarang hidupmu sudah semakin nyaman tanpa aku. Otakmu, hatimu tidak perlu lagi diberatkan dengan segala ingatan tentangku. Karena aku sekarang sudah benar-benar pergi. Bahkan untuk menyapamu saja kini aku tak punya keberanian. Semua karena aku takut mengganggumu. Dan lagi aku tidak siap dengan responmu yang acuh, angkuh dan cuek terhadapku. Aku takut sakit dan kecewa lagi.

Byru,
Malam ini karena otakku cukup error, perasaanku juga sangat labil. Maka untuk mengalihkan kegundahanku, kuputuskan untuk membuka-buka lagi tulisan-tulisan lamaku yang tercecer di beberapa blogku. Tulisan-tulisan yang dulu pernah dengan sabar kau pindahkan ke Blog berbayar yang kau buatkan untukku. Dulu aku dan kau menyebutnya rumah kita, rumah untuk berbagi apa saja. Pada salah satu tulisan itu, aku menemukan tulisan tentang Nenesh dan Abhi, keponakanmu yang katamu sangat irip dengan Nenesh.

Byru,
Bagaimana kabar Abhi sekarang??? Baik-baik kah dia sekarang?? Apa kegemarannya sekarang?? Apakah masih suka dengan segala hal yang berhubungan dengan mobil-mobilan?? Sudah setinggi apa dia sekarang? Bagaimana rupa dia sekarang, Byru? Sudah bisa apa saja dia sekarang? Apakah dia sudah sebesar Neneshku? Aaaahhhhh…aku sangat rindu pada Abhi. Pada bibir titpisnya yang mirip dengan Neneshku. Pada postur tubuh bongsornya yang juga sangat persis dengan Nenesh.

Byru,
Nenesh sekarang sudah kelas satu. Besok dia akan menerima raport pertamanya di semester satu ini. Bahagia rasanya melihat dia yang semakin hari semakin bertumbuh menjadi anak manis. Sekarang dia sama seperti Abhi yang sangat menyukai segala hal yang berhubungan dengan mobil-mobilan. Semakin hari koleksi mobil-mobilannya semakin banyak saja.tapi ada sayangnya, yaitu tangannya selalu usil dan ingin terus mengotak-atik mobil mainan itu. Lagi dibenerin katanya setiap kali aku tanya kenapa mobil-mobilan itu dibongkar sama dia. Setelah itu kau tahu Byru…dia tidak bisa mengembalikan mobil mainan itu ke bentuk semula, alias rusak,hahaha

Byru,

Aku rindu saat-saat kita dengan antusias saling bercerita tentang Nenesh dan Abhi. Tentang keseharian mereka, hobi mereka, tentang bagaimana manisnya mereka.
“Sifat yang mirip, wajah yang mirip, dan kisah hidup yang mirip..dunia yang penuh misteri  😉 “
begitu bilangmu dahulu

Byru,
Sampaikan salamku pada Abhi yah. Bilang padanya aku sangat merindukannya dan sangat ingin bertemu dengannya. Semoga kalian selalu baik-baik disana. Semoga Tuhan berbaik hati dan mempertemukan kita kembali suatu hari nanti. Aku ingin bertemu dengan Abhi.

Abhinaya

Abhinaya

Nenesh

Nenesh

Image
0

Sebuah Catatan, Tentang Dia

Ada yang hilang ketika kau hilang, hatiku..jiwaku
Ada yang pergi ketika kau pergi, senyumku..tawaku

Hidupku ikut hilang bersamamu
Cintaku ikut pergi bersamamu
Sementara aku tetap disini
tegak berdiri tanpamu

Begitu banyak rasa sakit dan kehilangan
di dalam hidupku
Padahal hidup terlalu singkat untuk semua rasa itu

Hanya ada dua hal besar di dunia ini
cinta dan kematian
Ketika kita siap menerima keduanya
berarti kita siap menghadapi apa saja

1959559_10203004508220449_3114782533435008569_n

Image
1

18082007

Delapan belas Agustus duaribu tujuh
Hari itu kau dan aku berada dibawah langit yang sama
Memijakkan kaki diatas bumi yang sama

Delapan belas Agustus duaribu tujuh
Pagi itu kau dan aku menghirup udara yang sama
Sore itu kau dan aku menikmati senja yang sama

Delapan belas Agustus duaribu tujuh
Malam itu kau dan aku menikmati langit malam
dengan bintang – bintang yang sama
Menikmati sinar bulan yang sama

Delapan belas Agustus duaribu tujuh
Hari itu kau dan aku berada disuatu tempat yang sangat dekat
Hanya saja kita tak pernah menyadarinya
Tak ada jarak geografis
yang hari ini dijadikan sebab berakhirnya semuanya

Delapan belas Agustus duaribu tujuh
Entah bersama siapa kau dan aku melewatkannya
Jika saja hari itu semesta telah berkonspirasi mempertemukan kita
Mungkin hari ini tak perlu ada kata selamat tinggal
Dan dirimu tetap bisa menjadi masalalu, masa kini dan masa depanku.

Memories_of_the_past_by_WiciaQ

Image
0

Cinta Pertamaku Yang Bertepuk Sebelah Tangan

dalam-diam

Hari itu aku pertama kali melihatnya. Dia sedang mengobrol dengan mas Aria begitu asiknya. Mereka terlihat sangat akrab. Sesekali tawa mereka pecah memenuhi ruang kantin yang masih sepi pagi itu. Aku terperanjat melihat keakraban mereka. Melihat mas Aria yang begitu pendiam bisa tertawa lepas dengannya. Sesaat aku memperhatikan wajah perempuan itu. Wajah yang masih asing bagiku. Seraut wajah yang tiba – tiba menghentikan langkahku untuk mendekat ke tempat mas Aria duduk pagi itu. Wajah yang tiba – tiba saja tidak aku sukai dan sekaligus membuatku penasaran. “sapa sih perempuan centil itu?” batinku.

Seharian itu hatiku dipenuhi tanda tanya akan sosok perempuan itu. Perempuan yang dengan hebatnya bisa membuat mas Aria yang super pendiam menjadi banyak ngomong dan bisa tertawa. Bahkan ia mampu mengalahkan aku yang telah bertahun – tahun dekat dengannya. Ia pula yang telah menciutkan harapanku untuk terus bermimpi tentang suatu hari dengan mas Aria. Jika saja aku memiliki cukup kekuatan ingin rasanya aku melenyapkannya dari pikiran mas Aria agar tak kutemukan lagi jejak – jejaknya pada lembar – lembar kisahku yang ingin kurajut bersama mas Aria.

Pada suatu senja di tepian pantai dengan lengkung langit yang berwarna keemasan, aku kembali mendapati pemandangan yang menyesakkan dada. Yaahh..mereka lagi. perempuan itu sedang duduk dan menyandarkan kepalanya di bahu mas aria. Hal yang selama ini aku impikan bisa ku lalui dengan mas Aria, namun belum sempat menjadi nyata. Hatiku kembali hancur berkeping. Airmata ini kembali menganak sungai. Aku hancur untuk kesekian kali.

Telah banyak hari yang kulewati bersama mas Aria. Aku telah bertumbuh bersama dia. Dari semenjak aku bertemu dengannya ketika aku masih bocah berkepang dua, aku sudah merasa nyaman berada disampingnya. Dia orang pertama yang mampu menggetarkan hatiku. Membuatku berani bermimpi dan memiliki harapan. Dia yang selalu mampu menjawab banyak tanya yang tak mampu kutemukan jawabannya. Dia pula yang selalu ada ketika aku memintanya untuk menemani hari – hari sepiku. Untuk sekedar mengobrol hal – hal sepele atau berdiskusi tentang apa saja. Dia adalah masa depanku. Rumah yang akan kutuju. Mimpiku kala itu.

Tapi perempuan itu telah memupus semua mimpi itu. Mimpi yang bertahun – tahun telah kurajut pelan – pelan dengan penuh kesabaran. Aku sangat membenci perempuan itu. Aku benci dengan wajah cantiknya yang membuat mas Aria tak bisa melupakannya. Aku benci dengan obrolannya yang selalu mampu membuat mas Aria betah duduk disampingnya. Aku juga benci pada joke – joke nya yang selalu mampu membuat mas Aria bisa tertawa lepas bersamanya. Aku memang telah kalah untuk menjadi yang pertama di hati mas Aria. Dan aku harus puas hanya dengan dianggapnya sebagai adik.

“Mimpiku adalah menjadi hal terakhir yang kau pikirkan sebelum kau terlelap dalam tidurmu. dan menjadi hal pertama yang kau ingat ketika kau terbangun esok pagi. Aku jugalah yang menghiasi mimpi-mimpi malammu. Lalu kenyataannya aku bukanlah orang yang kau catat dalam sejarah hidupmu. aku hanya orang yang dengan tak sengaja kau temui di jalan, lalu setelahnya kau tak akan mengingatnya”